Rabu, 20 Januari 2010

HAKIKAT CINTA DALAM PERSEPSI ISLAM

Oleh : Muhammad Atqo
Alumni SMAN 1 Kota Serang

Valentine, mengapa hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari ini diidentikkan dengan hari kasih sayang? Pasti semua ada asal muasalnya kan? Mungkin pada zaman dulu, pada tanggal itu kata cinta dan sayang untuk pertama kalinya dipropagandakan. Atau mungkin pada hari itu lambang cinta yang biasanya dilambangkan dengan jantung atau hati mulai diperkenalkan. Bukan, tapi pada hari itu adalah hari kematian seorang pendeta Nasrani yang dipancung oleh pemerintah Romawi – sebenarnya ada beberapa versi, tapi saya mengambil versi yang paling sering dibicarakan – karena membawa sebuah keluarga kedalam gereja Nasrani, sehingga dijatuhi hukuman pancung oleh pemerintah Romawi. Pendeta itu bernama St. Valentine sehingga hari kematiannya dinamakan hari Valentine. Jika melihat cerita diatas, apakah hukumnya merayakan kematian sang pendeta? Bagaimana islam menyikapi meluasnya perayaan valentine di kalangan umatnya?
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” Sudah jelas sekali bahwa hal apapun yang kita sebagai umat islam lakukan selain yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah bid’ah, dan bid’ah itu adalah dosa, bahkan ia akan dianggap menjadi kaum yang menjalankan hal tersebut. Namun ironisnya perayaan kematian sang pendeta sudah menjadi agenda tahunan bahkan oleh umat islam itu sendiri. Bahkan secara terang-terangan memberikan hadiah – biasanya cokelat – kepada seseorang yang dianggap dia cintai dan sayangi pada hari kematian sang pendeta nasrani tersebut. Sungguh ironis sekali jika itu merupakan lambang cinta seseorang kepada orang lain, sungguh murah sekali harga cinta dimata mereka. Cinta hanya seharga dengan cokelat. Dan pengungkapan cinta hanya mereka lakukan setahun sekali.
Pengungkapan cinta seperti itulah yang salah dihadapan Allah, bahkan pengungkapan cinta seperti itu dapat dikategorikan sebagai syirik kecil yang tidak terasa karena tertutup oleh keindahan syahwati berkedok cinta yang memabukkan, padahal itu adalah sebuah dosa besar. Namun bagaimana seharusnya kita ungkapkan cinta kita agar tidak terjerumus kedalam dosa? Kepada siapa seharusnya kita ungkapkan cinta agar tidak menimbulkan dosa? Dan cinta yang bagaimana yang tidak menimbulkan dosa? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang menjadi dilema bagi kegiatan percintaan umat islam terutama kaum remaja.
Dilema yang pertama adalah bagaimana seharusnya kita mengungkapkan rasa cinta kita? Islam memang tidak melarang umatnya untuk menyukai lawan jenis, namun pengungkapan rasa suka itulah yang seharusnya diatur agar tidak menimbulkan zina. Selama ini rasa suka diungkapkan dengan istilah “penembakan”, dan jika orang yang “ditembak” tersebut mengatakan menerima, maka mereka telah resmi menjadi sepasang kekasih. Apakah itu yang disebut cinta? Apakah seperti itu pengungkapan cinta? Perlu diketahui, jika seperti itu pengungkapan cinta, maka itu adalah suatu kesalahan terbesar. Jika sang target yang “ditembak” mengatakan menerima, mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Tapi siapa yang meresmikannya? Siapa yang memberi legalitasnya? Apakah ada izin dari Tuhan mereka untuk melakukan hal tersebut? Coba renungkan wahai para pencari cinta.
Dilema yang kedua adalah kepada siapa seharusnya kita ungkapkan cinta? Sudah jelas sekali, cinta seorang hamba sudah sepatutnya hanya diberikan kepada Sembahannya, dan kita sebagai hamba Allah sudah sepatutnya memberikan cinta kita kepada Allah, dan juga rasul-Nya. Allah swt. berfirman; “…jika istri-istri, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dari ayat diatas sudah jelas bahwa urutan cinta yang paling tinggi adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada agama Islam (dengan cara berjihad membela islam). Pikirkanlah wahai para remaja, urutan keberapakah cinta kepada pacar?
Dilema yang ketiga adalah cinta yang bagaimana yang tidak menimbulkan dosa? Tentu saja cinta yang sudah diberi label halal oleh Allah swt.. seperti apa sih cinta yang diberi label halal oleh Allah? Yaitu cinta yang diikrarkan dengan kalimat ijab kabul di dalam akad pernikahan. Cinta seperti itulah yang akan membuahkan pahala dan ridho Allah. Coba renungkan, mana yang lebih baik, memadu cinta yang diridhoi Allah, atau memadu kasih yang dilaknati oleh Allah? Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kepada kita semua. (www.remajaislamcerdas.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar